Rencana Cuan
10 Penyebab Kenapa Harga Saham Naik Turun
Diperbarui: 20 Sep 2022

Berapa harga bid dan ask Harga saham biasanya naik dan turun. Adanya permintaan dan ketersediaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi.
Bahkan jika saham termasuk dalam kategori blue-chip, kemungkinan akan turun. Di sisi lain, saham yang diklasifikasikan sebagai Tier 3 dapat melihat kenaikan harga yang tidak terduga.
Ada beberapa faktor fundamental yang dapat menyebabkan harga saham naik atau turun. Secara umum faktor tersebut dibagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor berasal dari dalam perusahaan.
Dan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar perusahaan. Faktor ini bisa dibilang tidak dapat diatasi. Misalnya, ada masalah yang berkaitan dengan ekonomi makro.
Dari kedua faktor tersebut, faktor eksternal memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap harga saham. Untuk lebih jelasnya, Anda bisa mengetahuinya dari penjelasan di bawah ini.
1. Perilaku Perusahaan Perusahaan
Tindakan korporasi yang dimaksud di sini adalah bentuk kebijakan yang diambil oleh manajemen perusahaan. Pengaruh ini dapat mengubah hal-hal yang penting bagi perusahaan. Contoh aksi korporasi adalah akuisisi, merger, rights issue atau divestasi.
Kebijakan dasar tersebut secara otomatis akan mempengaruhi harga saham di bursa. Misalnya, PT APA memutuskan untuk mengakuisisi PT ITU. Kabar tersebut akan memicu banyak spekulasi dan membuat para pemain berpikir bahwa PT APA lebih kuat dari PT ITU. Akibatnya, harga saham PT APA akan naik.
2. Kinerja Masa Depan yang Diharapkan dari Perusahaan
Estimasi kinerja perusahaan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi volatilitas harga saham. Karena kinerja perusahaan dijadikan acuan bagi investor dan analis fundamental untuk mengevaluasi saham perusahaan.
Diantara beberapa faktor yang paling menonjol adalah tingkat dividen tunai, debt ratio, book value/price to book value ratio (PBV), earning per share (EPS), dan tingkat keuntungan perusahaan.
Perusahaan yang menawarkan dividend payout ratio (DPR) yang lebih besar cenderung disukai oleh investor karena dapat menawarkan return yang baik.
Dalam praktiknya, DPR berdampak pada harga saham. Selain itu, laba per saham juga berkontribusi terhadap perubahan harga saham. EPS yang tinggi mendorong investor untuk membeli saham tersebut, yang menyebabkan harga saham menjadi lebih tinggi.
Gabung Komunitas Rencana dan dapat ilmu, pembelajaran, ide, berita dan live stream dengan trader berpengalaman. Bangun pondasi bisnis Anda dan ambil semua keuntungan itu untuk Anda.
3. Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintah juga dapat mempengaruhi harga saham, meskipun kebijakan tersebut masih dalam pembahasan dan belum terwujud.
Ada banyak contoh fluktuasi harga saham yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah, seperti kebijakan impor dan ekspor, kebijakan perusahaan, kebijakan utang, kebijakan investasi asing, dll.
Pelaku perdagangan saham seringkali sangat sensitif terhadap isu-isu sensitif seperti itu untuk berspekulasi untuk mendapatkan keuntungan dalam perdagangan sehari-hari.
4. Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah Terhadap Mata Uang Asing
Kuat atau lemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing seringkali menjadi penyebab naik turunnya harga saham di bursa.
Secara logika, ini masuk akal. Akibat dari fluktuasi nilai tukar tersebut dapat berdampak positif maupun negatif bagi perusahaan tertentu, terutama yang terbebani utang valas.
Perusahaan pengimpor atau perusahaan dengan beban utang mata uang asing akan dirugikan oleh nilai tukar yang lebih lemah. Karena hal ini akan mengakibatkan kenaikan biaya operasional dan otomatis akan mengakibatkan penurunan harga saham yang dikeluarkan.
Misalnya, pelemahan rupiah terhadap dolar AS cenderung melemahkan harga saham Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
5. Faktor Fundamental
Faktor fundamental mendorong harga saham berdasarkan pendapatan dan profitabilitas perusahaan yang memproduksi dan menjual barang dan jasa.
Pendapatan dan profitabilitas perusahaan menggambarkan kinerja perusahaan dan menjadi referensi bagi investor dan analis fundamental untuk menganalisis saham perusahaan.
Beberapa metrik digunakan sebagai bahan analisis oleh investor dan analis saham, seperti tingkat dividen tunai, tingkat rasio utang, rasio Price to book value (PBV), laba per saham (EPS), dan tingkat keuntungan perusahaan.
Ketika Anda membeli saham, Anda membeli sebagian dari seluruh aliran pendapatan perusahaan di masa depan. Sebagian dari pendapatan perusahaan dapat dibagikan sebagai dividen, dan sisanya dicadangkan oleh perusahaan untuk diinvestasikan kembali.
Perusahaan yang menawarkan dividend payout ratio (DPR) yang lebih besar cenderung disukai investor karena menawarkan return yang tinggi.
Selain itu, earning per share (EPS) juga mempengaruhi pergerakan harga saham. EPS menggambarkan pengembalian investasi investor. EPS yang tinggi mendorong investor untuk membeli saham yang mengarah pada harga saham yang lebih tinggi.
Rasio utang dan tingkat PBV juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Secara umum, perusahaan dengan rasio utang yang tinggi adalah perusahaan yang sedang berkembang.
Perusahaan-perusahaan ini biasanya menggunakan dana yang mereka peroleh untuk mengembangkan bisnis mereka. Investor melihat ini sebagai hal yang positif untuk masa depan perusahaan, sehingga saham-saham ini banyak diminati dan harganya naik.
6. Faktor Teknikal
Faktor fundamental dapat dikatakan sangat dipengaruhi oleh faktor internal perusahaan, namun harga saham tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal. Kondisi eksternal seringkali juga mempengaruhi pergerakan harga saham, meskipun beberapa di antaranya memiliki efek tidak langsung.
7. Kondisi Makroekonomi
Suku bunga acuan yang ditetapkan oleh bank sentral dinaikkan atau diturunkan
Naik turunnya suku bunga bank dipengaruhi oleh suku bunga acuan yang ditetapkan oleh bank sentral. Perusahaan dengan pinjaman bank sedikit banyak terpengaruh oleh perubahan suku bunga.
Ketika suku bunga bank tinggi, saham yang diperdagangkan di bursa cenderung turun tajam. Hal ini terjadi setidaknya karena dua alasan. Pertama, ketika suku bunga bank naik, banyak investor yang mengalihkan investasinya ke instrumen perbankan seperti deposito.
Dengan tingkat bunga yang lebih tinggi, investor dapat memperoleh lebih banyak keuntungan. Kedua, untuk bisnis, ketika suku bunga bank naik, mereka cenderung meminimalkan kerugian karena biaya suku bunga yang lebih tinggi. Hal ini terjadi karena sebagian besar perusahaan berhutang pada bank.
8. Tingkat Inflasi
Secara historis, inflasi yang rendah memiliki korelasi negatif yang kuat dengan valuasi perusahaan (inflasi rendah menyebabkan valuasi tinggi, inflasi tinggi menyebabkan valuasi rendah). Deflasi, di sisi lain, umumnya buruk bagi saham karena menunjukkan bahwa perusahaan telah kehilangan kekuatan harga.
9. Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah Terhadap Mata Uang Asing
Bagi perusahaan yang terbebani utang valas atau cash holding valas tentu akan terpengaruh oleh melemah atau menguatnya nilai tukar Rupiah. Selain itu, perusahaan yang bergerak dalam perdagangan internasional dalam jumlah besar juga sangat terpengaruh oleh perubahan nilai tukar rupiah.
Tentunya jika rupiah menguat, menguntungkan bagi perusahaan yang akan meningkatkan kinerja perusahaan.
Pengangguran yang tinggi karena faktor keamanan dan goncangan politik juga berdampak langsung pada naik atau turunnya harga saham.
10. Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintah dapat mempengaruhi pergerakan seperti kebijakan perusahaan, kebijakan utang, kebijakan investasi asing, dll. Kebijakan tersebut dapat menyebabkan volatilitas harga saham, meskipun belum terwujud.
Ketika investor mendapat kabar buruk, bisa terjadi kepanikan, sehingga investor menjual saham. Terlepas dari fundamentalnya, kepanikan di kalangan investor dapat menyebabkan harga saham jatuh.
Namun, bagi investor yang tidak "dimakan" oleh berita tersebut, mereka mungkin masih ragu dan tidak hanyut dengan berpegang teguh pada fundamental perusahaan.